Pagi itu di Masjid Quba
Assalamualaikum
Alhamdulillah tidak terasa sekarang sudah menginjak pertengahan bulan Ramadhan, semangat terus puasanya ya. Sekarang saya akan ceritakan pengalaman saya di Masjd Quba, tapi saya mohon maaf disini saya hanya akan menampilkan beberapa foto saja karena banyak foto-foto saya yang hilang selama perjalanan umrah kemarin dan jujur itu rasanya nyesek banget hehehehe.
Masjid Quba ini adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah pada tahun 1 Hijriyah atau 622M di Quba, yang jaraknya sekitar 5 Km sebelah tenggara kota Madinah. Jadi bisa diperkirakan perjalanan dari Masjid Nabawi ke Masjid Quba hanya sekitar10-15 menit mengendarai bis.
Hal pertama yang saya kagumi dari masjid ini adalah arsitekturnya yang sederhana dengan didominasi warna putih namun kuat akan nilai sejarahnya serta memiliki keistimewaan tersendiri sampai diabadikan dalam Al-Qur'an.
"Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri " (At Taubah, 108).
Di Masjid Quba ini kita juga akan menemukan banyak sekali burung merpati terbang bebas, jadi kita juga sekalian bisa bersantai sambil memberi makan burung. Di sisi masjid ditumbuhi banyak pohon kurma, sehingga kita bisa duduk-duduk dibawah pohonnya yang rindang. Ada banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya di sana, bahkan ada beberapa penjual yang menerima uang rupiah.
Meski telah berkali-kali direnovasi dan diperluas, Masjid Quba ini masih terasa sempit bagi saya karena untuk menuju tempat salat khusus wanita saja harus berdesak-desakkan dengan jama'ah lain, mungkin karena waktu itu Jama'ah sedang lumayan banyak. Ditambah jalur naik dan turun tidak dibedakan (koreksi jika saya salah, sebab ini perjalanan saya 6 bulan lalu jadi agak lupa-lupa ingat heheheh) alhasil jalur ini makin padat dan makin berdesak-desakkan.
Ada cerita unik dan lucu yang saya alami di masjid ini, ketika saya sedang berdesak-desakkan menaiki tangga menuju tempat salat. Selama menaiki anak tangga saya harus mengangkat sepatu saya ke atas kerena waktu itu sepatu saya dalam keadaan basah sehabis dari toilet, saya takut sepatu basah saya mengenai pakaian orang lain lalu menjadikannya mutanajis. Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu jama'ah dari Indonesia nyeletuk "Turunin aja sepatunya"
Pada saat itu juga sontak saya menjawab "Nanti kena orang, takut najis"
Ibu-ibu itu diam seribu bahasa, di belakangnya ada ibu-ibu lagi (masih dari Indonesia) mengacungkan jempol untuk saya, ia bilang "Bagus!"
Alhamdulillah, ternyata tindakan saya mengacungkan sepatu ternyata tidak salah dan mendapatkan respon positif dari orang lain.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah jangan mudah menghakimi atas apa yang orang lain lakukan, mungkin saja ada hal positif di luar jangkauan pikiran kita.
Semoga tulisan ini bermanfaat, salam sayang.
Lilis Khoerunnisa.
0 komentar